
“Koplo beat, Urban street!”, SND Empire ingin membawa semangat baru bagi lagu-lagu berbahasa Sunda.
Di tengah maraknya lagu-lagu daerah yang masih didominasi bahasa Jawa, sebuah gebrakan segar datang dari ranah musik Sunda.
Produser sekaligus musisi Yerry Meiryan alias Yerry T Five, yang selama ini dikenal lewat karya-karya pop kreatifnya, melangkah keluar dari zona nyaman dengan menggagas proyek musik bernama SND Empire. Proyek ini lahir dari keresahan Yerry terhadap minimnya lagu-lagu berbahasa Sunda yang mendapat tempat di industri musik nasional.
Bersama Pepi (Trefiadi Vitrada), Bugie (Bagja Muhammad), dan Ale (Angga Lesmana), mereka menciptakan sebuah konsep musik yang memadukan beat koplo yang enerjik dengan sentuhan urban dan kekinian. Formasi SND Empire terdiri dari Pepi dan Bugie sebagai vokalis utama, serta Ale yang berperan sebagai DJ sekaligus backing vokal. Kolaborasi ini melahirkan single debut berjudul “Dikèkèak”
Sebuah lagu yang bercerita tentang pahit-manisnya cinta dari sudut pandang pria biasa yang harus menelan kenyataan pahit karena kalah dari pria yang lebih berada. “Dikèkèak”, yang berarti dicemooh, ditulis dengan lirik berbahasa Sunda yang ringan dan akrab dengan keseharian masyarakat. Cerita dalam lagu ini menggambarkan fenomena cinta yang sering dialami: merasa dekat, merasa sudah punya harapan, tapi akhirnya ditinggal demi pria yang lebih kaya. Tragis, lucu, dan satir — membuat pendengar bisa tertawa getir sekaligus mengangguk karena merasa relate.
Dengan mengusung tagline “Koplo beat, Urban street!”, SND Empire ingin membawa semangat baru bagi lagu-lagu berbahasa Sunda, agar bisa diterima lebih luas — tak hanya oleh masyarakat Sunda, tapi juga seluruh penikmat musik Indonesia. “Dikèkèak” hanyalah permulaan. SND Empire berencana merilis beberapa single lainnya yang mengangkat tema keseharian masyarakat, dengan pendekatan musik yang fun, jujur, dan berjiwa muda. Apakah ini akan menjadi tonggak baru musik Sunda memasuki ranah pop-urban nasional? Satu yang pasti, SND Empire telah membunyikan genderang awalnya — keras, lucu, dan mengena.